f PENGEMBANGAN TEKNOLOGI SRI - BPP Kec. MERTOYUDAN

Random Posts

Berita

Pertanian

Hama

Perikanan

Peternakan

Perkebunan

Hama


Pada tahun 2013 Distanbunhut Kabupaten Magelang, melaksanakan kegiatan pengembangan metode SRI
(System Of Rice Intensification) pada 1500 ha lahan petani yang tergabung dalam 74 Kelompoktani dari 15 kecamatan yaitu: Sawangan, Srumbung, Dukun, Ngluwar, Mungkid, Borobudur, Salaman, Tempuran, Kajoran, Bandongan, Windusari, Mertoyudan, Secang, Tegalrejo, Grabag, Tegalrejo dan Candimulyo.
Khusus di Kecamatan Mertoyudan kegiatan pengembangan SRI ini diharapkan  dapat berkontribusi secara nyata terhadap target Pemerintah Pusat untuk surplus beras 10 juta ton pada tahun 2014.
Kegiatan tersebut dirasa sangat penting mengingat teknologi budidaya metode SRI selain dapat meningkatkan produksi dan kualitasnya, masa panen yang lebih singkat, hemat saprodi dan air, juga sekaligus dapat menjawab berbagai permasalahan yang berkembang pada usahatani padi dewasa ini antara lain: semakin mahalnya harga pupuk kimia, benih dan pestisida, semakin menurunnya kesuburan lahan serta ketersediaan air.
Menurut pelaksana kegiatan “Pengembangan SRI” prinsip dasar metode SRI adalah menyediakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan “tanaman padi”, yang dicapai dengan meningkatkan fungsi tanah sebagai media tumbuh dan sumber nutrisi tanaman melalui pemberian bahan organik yang cukup. Pemahaman tentang tanaman padi melalui SRI juga dikoreksi, karena selama ini petani beranggapan bahwa padi merupakan jenis “tanaman air” seperti halnya “teratai” ataupun “kangkung” sehingga tidak aneh kalau petani selama ini selalu menggenangi sawahnya.
Hal tersebut sebenarnya kontra produktif baik bagi pertumbuhan tanaman yang berujung pada turunnya produktivitas, serta terhadap penyediaan air irigasi terutama pada musim kemarau terutama di hilir daerah irigasi. Dengan sistem SRI daur ekologis akan berlangsung baik karena memanfaatkan mikroorganisme tanah secara natural. Pada gilirannya keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan akan selalu terjaga, Di sisi lain, produk yang dihasilkan dari metode ini lebih sehat bagi konsumen karena terbebas dari paparan zat kimia berbahaya.
Untuk menjamin keberhasilan kegiatan pengembangan SRI tersebut petani peserta selain menerima bantuan uang yang bersumber dari APBN sebesar Rp. 2 juta/ha untuk membeli saprodi, juga akan mendapat bimbingan /pengawalan dalam penerapan teknologi SRI oleh PPL pendamping selama 8 kali pertemuan. Sudah tentu PPL Pendamping yang ditunjuk adalah PPL yang sudah menguasai teknologi SRI, dan selalu berkomunikasi dengan Mantri Tani maupun Tim Teknis Distanbunhut Kabupaten Magelang sehingga pada pelaksanaan di lapangan tidak menemui hambatan baik teknis teknologi SRI maupun teknis pelaksanaan kegiatan.
Selain dari hal tersebut diatas, keberhasilan pengembangan SRI ini juga ditunjang dengan penyelenggaran “Sekolah lapang” SRI, Dengan Sekolah Lapang, diharapkan petani akan mengetahui secara mendalam teknologi SRI, karena dalam SL petani mendapat pembelajaran melalui praktek dilapangan dan mengamati perkembangan tanaman sebanyak 15 kali pertemuan dari sejak membuat pupuk organik yang baik, menyiapkan lahan, menyiapkan bibit, cara menanam, pemeliharaan hingga panen. Setiap melakukan pengamatan petani menerima penjelasan-penjelasan yang disampaikan oleh Pemandu serta diskusi-diskusi dengan bahasa yang amat komunikatif, sehingga setelah selesai berlatih diharapkan petani selain paham cara mengaplikasikan teknologi SRI juga meyakini keunggulan teknologi SRI.
Sekolah Lapang SRI tersebut diselenggarakan di Desa Jogonegoro Kecamatan Mertoyudan. Tiap SL diikuti peserta petani sebanyak 25 yang terpilih penerima kegiatan Pengembangan SRI.
Secara ringkas cara budidaya SRI dapat disampaikan sbb:
  • Menjaga keseimbangan biota tanah dengan menggunakan pupuk organik yang cukup
  • Tanaman bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah semai ketika bibit masih berdaun 2 helai
  • Bibit ditanam satu pohon perlubang dengan jarak minimal 25 cm persegi
  • Pindah tanam harus sesegera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus hati-hati agar akar tidak putus
  • Penanaman padi dengan perakaran yang dangkal
  • Pengaturan air, pemberian air maksimal 2 cm dan tanah tidak diairi secara terus-menerus sampai terendam dan penuh, namun hanya lembab (irigasi berselang atau terputus)
  • Peningkatan aerasi tanah dengan penggemburan atau pembajakan serta penggunaan gosrok/gledegan ketika menyiangi padi
  • Penyiangan sejak awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari
Selanjutnya bagi petani yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang teknologi SRI ini dapat menghubungi PPL setempat ataupun langsung ke Seksi Sarana Prasara Pertanian Distanbunhut Kab. Magelang.